KONSEP TUHAN DALAM
ISLAM
PENGERTIAN TUHAN
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Tuhan didefinisikan
sebagai sesuatu yang di yakini, dipuja dan disembah oleh manusia sebagai yang
Maha kuasa, Maha perkasa dan sebagainya”. Sedangkan dalam bahasa Arab, perkatan
Tuhan merupakan terjemahan dari kata ilah
(اله) dan
rab (رب).
Padahal keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar.
Menurut Ibn Taimiyah makna
kalimat ilah dalam Al qur’an adalah
yang di puja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadaNya, merendahkan diri
dihadapaNya dan mengharapkanNya, kepadaNya tempat berserah diri ketika dalam
kesusahan, berdoalah dan bertawakkal kepadaNya untuk kemaslahatan diri, meminta
perlindungan dariNya dan menimbulkan ketenangan disaat mengingat dan terpaut
kepadanya.
Menurut etimologi kata ilaahun
dalam lisan Al-Arab di katakan “ semua apa yang disembah selain Allah adalah
Tuhan menurut penyembahnya ”. Arca
atau patung di sebut sebagai Tuhan karena penyembah arca atau patung itu
meyakini bahwa peribadahan berhak diberikan kepada arca atau patung itu[1].
Dalam Alqur’an kata ilah
digunakan untuk menyatakan sesuatu yang di pentingkan manusia atau sesuatu
yang dibesarkan. Seperti yang terdapat dalam surah al-Furqan ayat 43 ”sudahkah
engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya.
Apakah engkau akan jadi pelindungnya ? “
Dan dalam surat al-Qashash
ayat 38, “ Dan Fir’aun berkata: Wahai
para pembesar kaumku, aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku ”. Dimana pada penggalan ayat ini Fir’aun menggunakan kata ilah untuk dirinya sendiri.
Sedangkan kata rabbun secara
etimologi dalam al-Muhif fi al-Lughah disebutkan
“semua orang yang memiliki sesuatu maka
dia rabb/pemiliknya”, dan “al-Rabb
juga berarti tuan”. Dan apabila dikatakan “al-Rabbaniyyun” berarti dinisbahkan kepada Tuhan yang Maha Suci dan
Maha Tinggi. Dan dalam Lisan al-Arab dijelaskan
bahwa “A-Rabb adalah Allah SWT., yaitu
Rabb segala sesuatu. Artinya pemilik segala sesuatu dan Dia memiliki rububiah
atas segala ciptaannya dan para penguasa. Tidak dikatakan al-Rabb pada selain
Allah kecuali dengan idafah”.[2]
Menurut Ibnu Manzur “Al-Rabb
dalam bahasa secara mutlak berarti pemilik/penguasa, tuan, pengatur,
pemelihara, penilai, dan pemberi nikmat. Pengertian itu tidak dapat dikaitkan
pada yang lain kecuali kepada Allah SWT. Apabila dikaitkan kepada selain Allah,
maka rabb harus menjadi mudaff , seperti rabbuussafainah, artinya pemilik kapal”.
Dalam Alqur’an penggunaan kata rabb terdapat dalam surah Al
Fatihah ayat 2 “segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam”
Dengan berdasarkan pengertian yang ada, dapat diketahui
bahwa dalam bahasa indonesia kata ilah dan
rabb yang diartikan sebagai Tuhan adalah kurang tepat karena memiliki makna
yang berbeda secara mendasar . Kata ilaahun
yang berarti (ma’bud) digunakan untuk pengertian sesuatu yang
disembah. Sedangkan kata rabbun digunakan
untuk pengertian Tuhan yang berarti pemilik.
Dan dari pengertian Tuhan dari kata ilah, Tuhan adalah sesuatu yang sangat dipentingkan oleh manusia hingga
mereka rela di kuasai olehnya. Tuhan bisa berbentuk apa saja selama hal itu
merupakan hal yang paling di pentingkan, baik tuhan tersebut berbentuk atau
abstrak, dapat dilihat maupun tidak dapat dilihat.
Dalam menerjemahkan makna dari kata “dipentingkan”, harus di
maknai dalam makna yang luas, karena bisa saja hal yang dipentingkan tersebut
dalam berbagai bentuk. Sehingga atheisme atau
tidak bertuhan merupakan hal yang mustahil dan tidak mungkin terjadi, karena
setiap manusia pasti memiliki sesuatu yang dipentingkan, orientasi atau acuan
dalam menjalani kehidupannya.
COMMENTS