Perkembangan
dan peran PERTI di Indonesia
Awal
mula berdirinya Persatuan Tarbiyah Islamiyah merupakan hasil dari perbedaan
kaum tua dan kaum muda di Sumatra Barat. Ulama-ulama penganut faham ahlusunnah
wal jama’ah yang telah selesai menuntut ilmu dari Mekkah yang kemudian membuat
surau dan halaqah untuk mengembangkan pendidikan agama di Sumatra Barat, namun
pada abad ke-20 munculah golongan kaum muda yang membawa ide-ide modernisasi.
Pada awalnya kaum tua tidak setuju dengan modernisasi pendidikan yang dibawa
oleh kaum muda, menurut mereka ajaran yang dibawa tidak sesuai dengan tradisi
keagamaan yang dipraktekkan oleh nabi dan para sahabat, akan tetapi seiring
berjalannya waktu kaum tua dapat memahami akan pentingnya pembaharuan pemikiran
Islam itu ditumbuhkembangkan dalam menyambut perkembangan masyarakat.
Dengan
berbagai perundingan dan musyawarah para ulama maka dibentuklah suatu wadah
untuk mempersatukan umat islam yang sepaham dalam sebuah organisasi yaitu
Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Setelah menjadi organisasi yang diakui secara
legal Perti terus berkembang dan dalam perkembangannya dibagi menjadi 3 periode
yaitu:
1.
Periode
Pertama
a)
Berdirinya
Persatuan Murid Tarbiyah Islamiyah (PMTI)
Sejak organisasi ini berdiri berdampak
pada berkembangnya pendidikan agama islam dengan tujuan menyiapkan dan
mempertahankan aqidah agama Islam
khususnya penganut faham ahlusunnah wal jamaah.
Sistem kurikulum disamakan
sehingga mendorong putra putri Islam untuk belajar dan sebelum penyerbuan
Jepang diperkirakan jumlah murid mencapai 45.000 orang sehingga menumbuhkan
semangat persatuan dikalangan sesama pelajar Madrasah Tarbiyah Islamiyah
sehingga para pelajar Madrasah mendirikan organisasi PMTI yaitu Persatuan Murid
Tarbiyah Islamiyah.
b)
Kongres
II Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Pada 9s/d 14 Mei 1932 PERTI mengadakan kongres ke-II, namun lebih banyak
dihadiri oleh PMTI ketimbang para ulama besar. Pada kongres ini PERTI
melebarkan sayapnya sehingga tidak hanya berjuang dibidang pendidikan saja
melainkan juga dibidang kemasyarakatan.
Kongres ini juga mengubah nama PERTI
menjadi PPII yaitu Persatuan Pendidikan Islam Indonesia, namun pengubahan nama
ini membuat gerak gerik PPII dianggap sebagai perlawanan terhadap pemerindah
kolonial sehingga setiap kegiatan justru mendapat pengawasan ketat.
c)
Kongres
ke III persatuan Tarbiyah Islamiayah
Pada
25 s/d 30 April 1939 dilakukan kongres ke III yang menetapkan azas
organisasi dan juga diputuskan: Dasar pokok organisasi yaitu pergerakan umat
Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah dan Madzhab Syafi’i yang bertujuan:
-
Berjuang
melancarkan Da’wah Islamiyah berupa Amar Makruf Nahi munkar.
-
Mewujudkan
isi dari tiga unsur yang terdapat dalam organisasi yaitu Persatuan Tarbiyah
Islamiyah, sehingga gerak oprasionalnya haruslah berjiwa persatuan, pendidikan
dan keislaman.
-
Fatwa:
1) Semua fatwa terkait hukum fiqh mengikuti madzab imam Syafi’i 2) mengakui adanya
masalah yang bersifat khilafiyah di kalangan para Mujtahid itu sendiri.
-
Kemasyarakatan:
1) menghargai adat istiadat setempat 2) bekerjasama dengan organisasi lain 3)
kemerdekaan terhadap agama lain.
-
Kenegaraan
-
Kepengurusan
KH Sirajuddin Abbas sebagai ketua umum PERTI dan Sekretaris KH. Baharrudin
Arrasuly dan bendahara H.M Sulaiman.
-
Berhati-hati
terhadap Jepang
d)
Amal
Usaha Persatuan Tarbiyah Islamiyah
-
Bidang
Pendidikan Dan Pengajaran
-
Bidang
Dakwah
-
Bidang
Perjuaangan Kenegaraan
-
Bidang
lain lain
2.
Periode
Kedua
a)
Kongres
ke IV Persatuan Tarbiyah Islamiyah di Bukit Tinggi
Setelah kemerdekaan pada tanggal 3
November 1945 mengeluarkan maklumat yang berisi kesempatan seluas-luasnya bagi
semua organisasi untuk membentuk partai politik.
Perkumpulan para ulama ini menanggapi
maklumat tersebut karena asumsinya bahwa kenyamanan dalam melaksanakan ajaran
agama terwujud apabila negara ini tidak dikuasai oleh orang yang bukan Islam.
Sehingga perubahan organisasi ini menjadi partai juga mengubah rumusan dasar
Anggaran Dasar, kongres ini berlangsung 23-24 Desember 1945 sehingga PERTI
berubah menjadi Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah yang disingkat
menjadi PI. Perti.
b)
Kongres
ke V Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PI. Perti)
Kongres ini adalah bentuk mempertahankan
RI dari Agresi Belanda, 5-9 Mei 1947 mengadakan kongres ke-V. Keputusan penting
yang diambil adalah menyerukan kepada seluruh warga PERTI untuk turut angkat
senjata dan bergabung kedalam LASYMI dan Laskar Muslimat.
c)
Kongres
ke VI Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PI. Perti)
Akhir tahun 1949 setelah pengakuan
kedaulatan Indonesia maka pada 20-25 Mei 1950 mengadakan kongres ke-VI untuk
memulai babak baru dalam kecimpung dunia politik. Keputusan yang diambil adalah
persetujuan kegiatan politik PI. Perti berpusat di Jakarta sedangkan terkait
masalah intern dapat diselesaikan di Bukittinggi.
d)
Kongres
ke VII Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PI. Perti)
Kongres berikutnya dilaksanakan pada 23-29
Agustus 1953 di Jakarta. Keputusan penting yang diambil pada kongres ini
adalah:
-
Memindahkan
kegiatan PB. PI Perti dari Bukittinggi ke Jakarta
-
Mengaktifkan
kampanye 1955 untuk memperoleh suara sebanyak mungkin
-
Menyusun
kepengurusan PB.PI Perti selama periode mendatang.
e)
Konferensi
Ulama ke-II di Cipanas
Konferensi pertama di Tugu Bogor tidak
dihadiri para ulama PERTI. Kongres yang diadakan 3-6 Maret 1954 yang membahas
terkait masalah-masalah yang pernah daan
telah diputuskan dalam konferensi di Bogor sebelumnya dan membahas qadi-qadi
nikah.
f)
Kongres
ke VIII Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PI. Perti)
Kongres ini diadakan sebelum pemilu I
kongres berlangsung mulai 9-16 Agustus 1955, kongres ini kurang menguntungkan
karena jatuhnya kabinet MR. Ali Sastroamidjoyo mengakibatkan KH. Sirojuddin
sebagai anggota kabinetnya juga terkena getahnya. Hasil kongres ke VIII sebagai
berikut:
-
Ketatanegaraan:
1)memperjuangkan RI menjadi Negara Republik Islam Indonesia 2)pemerintahan
berbentuk presidensil 3) Pemerinthan dipimpin secara desentralisasi 4)mengembaliakan
de facto RI ata Irian Barat
-
Luar
Negri: 1) menjalankan politik bebas aktif 2) pembubaran seluruh akibat
perjanjian meja bundar 3) usaha pengahapusan penjajahan 4) kenjasama dengan
negara lain terutama negara Islam 5) menyokong usaha yang dapat menciptakan
perdamaian dunia
-
Ekonomi:1)
Pembangunan perekonomian 2) pembangunan industri 3) menasionalkan perusahaan
vital 4) pembentukan bank tani 5)
-
Sosial:
1) membant penghidupan fakir miskin 2)Memberantas bentuk-bentuk kejahatan 3)
Menyokong usaha pembangunan perumahan rakyat 4) memperhebat pembangunan masjid
5)memperjuangkan kaum buruh
-
Agama:
1) Pemerintah melindungi sepenuhnya untuk kebebasan rakyat manjalankan agama
masing-masing 2) meminta pemerintah melarang penerbitan buku cabul dan
pertunjuka film yang merusal akhlak
-
Pendidikan:
1) Memperjauangkan UU wajib belajar 2) Memperluas sekolah berbasis agama dengan
susidi pemerintah 3) Memperkokoh pendidikan rohani disamping pendidikan jasmani
4)menghidupkan kebudayaan dan perpustakaan rakyat
-
Pemuda:
1) Mendididik dan melatih pemuda dan pemudi sesuai dengan kebutuhan 2) meminta
pemerintah membantu gerakan kepanduan dan keolahragaan
-
Terpilih
kembali KH Sirajuddin Abbas sebagai ketua PI. Perti
g)
Kongres
ke IX Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PI. Perti)
Fitnahan akan KH.Sirajuddin semakin
memanas sehingga kongres diadakan sebelum 2 tahun. Pada tanggal 13-20 Januari
1962 di Jakarta untuk memilih kepengurusan baru namun KH. Sirajuddin tetap
terpilih menjadi pemimpin PI.Perti.
Namun tidak disangkan 20 Januari 1962 KH.
Rusli Abdul Wahid menetapkan dirinya sebagai ketua umum PI. Perti adalah KH.
Rusli Abdul Wahid sehingga menimbulkan perpecahan dan asumsi adanya
penghianatan.
h)
Kongres
ke X Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PI. Perti)
Pada 13-20 Februari 1965 kongres ini
menelurkan KH. Sirajuddin Abbas kembali menjadi Ketua PI.Perti dan memecat KH.
Rusli Abdul Wahid dan kawan-kawannya dari anggota partai.
i)
Fitnahan
kepada KH Siradjuddin Abbas
1 Oktober 1965 Indonesia dikejutkan dengan
pemberontakan PKI yang mengumumkan revolusi dibawah pimpinan letkol Untung dan
KH. Sirajuddin disebut sebagai salah satu tokoh yang mendukung revolusi,
padahal saat itu KH. Sirajuddin sedang berada di eropa.
Kesempatan emas ini
digunakan KH. Rusli Abdul Wahid untuk memfitnah dan memecat KH. Sirajuddin dan
mengambil alih pimpinan PI.Perti namun disanggah oleh H. Abdurrahman hingga
beliau mendapat banyak tekanan sampai akhirnya
KH. Rusli Abdul Wahid berhasil mendesak H. Abdurrahman.
j)
Kongres
Akbar
Setelah membuat kongres untuk pemilihan
DPP PI yang baru, pada Agustus 1966 maka dilanjutkan dengan kongres Akbar.
Meski begitu masih banyak yang tidak setuju dengan hasil kongres sebelumnya
salah satunya TS Marjohan, saat kongres KH. Rusli Abdul Wahid melarang anggota
yang hadir untuk bertemu KH.Sirajjudin dengan alasan akan dianggap sebagai
antek PKI.
Namun, justru sebaliknya rasa penasaran mereka membuat mereka
mendatangi KH sirajuddin dan mengetahui fitnah yang sebenarnya terjadi hingga
PI. Perti tampak goyah dan terpecah-pecah, terutama setelah berjalan pengurus
PI. Perti lebih menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi dan keluarga.
3.
Periode
Ketiga
a)
PERTI
kembali ke Khittah
Melihat keadaan perpecahan yang terjadi
membuat KH.Sirajuddin mengirimi surat Syekh Sulaiman Arrasuly, mengingat
maklumat yang disampaikan Presiden Soeharto 6 Agustus 1967 maka demi
menyelamatkan PI. Perti maka PERTI di kembalikan sebagai organisasi pada 1
maret 1969. Dan aspirasi politik PERTI disampaikan melalui partai GOLKAR.
b)
Musyawarah
Besar ke-I Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Pada 2-4 Juli 1970 Musyawarah Besar
(Mubes) menghasilkan:
- Menaati amanat Pendiri Utama PERTI yang
tertuang pada 1 Maret 1969
- PERTI kembali kepada khittahnya
- Pemilu 1971 PERTI menyalurkan aspirasi
pada GOLKAR
- Kedudukan Pengurus besar ditetapkan pada
Mubes tersebut dimana ketua umum PERTI KH. Baharuddin Arrasuly
c)
Perwakilan
Tingkat Nasional Pertama Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Setelah menyepakati Mayjen S, Sukowati
sebagai Sekretarian Bersama (SEKBER) GOLKAR maka semuanya dikonsultasikan pada
KH Sirajuddin Abbas untuk membentuk perwakilan Nasional hingga diputuskan KH.
Baharuddin Arrasuly sebagai ketua umum pada 22 Agustus 1970 namun pada 1 Maret
1976 KH. Abdurrahman sebagai ketua umum.
d)
Musyawarah
Besar ke-II Persatuan tarbiyah Islamiyah
Pada
23-26 Maret 1967 Mubes ini menghasilkan:
-
Menindahkan
kedudukan Pengurus Besar (PB) PERTI dari Bukittinggi ke Jakarta, dan nama
Pengurus besar diganti menjadi Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
-
Menegaskan
kembali Pengurus Besar PERTI menyalurkan
aspirasi politiknya kepada GOLKAR pada pemilu mendatang
-
Susunan
Majelis pertimbangan tertinggi PERTI periode 1979-1984 dengan KH.M.H Dt. Tan
Pahlawan, MA
e)
Musyawarah
Nasional ke III Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Pada 5-9 Mei 1984 membuat beberapa
keputusan sebagai berikut:
-
Pancasila
sebagai asas tunggal organisasi PERTI
-
Memperkuat
komitmen semua jajaran PERTI
-
Susunan
Majelis Pertimbangan Pusat masa bakti 1984-1989 dimana KH.M.H Dt. Tan Pahlawan,
MA kembali menjadi ketua
f)
Musyawarah
Nasional ke IV Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Pada 8-12 Agustus 1989 merupakan Munas
Akbar karena kurang lebih dihadiri 600 pengunjung baik itu dari peserta 23
provinsi maupun dari MPP dan DPP serta dari peninjau dari pimpinan madrasah dengan
hasil KH. Ismail hasan SH sebagai Ketua Umum PERTI periode 1981-1994.
g)
Musyawarah
Nasional ke V Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Pada Munas 8-12 Agustus 1994 ini bersamaan
dengan Munas II Persatuan Wanita Tarbiyah Islamiyah (PERWATI) dan Rrakernas
Ikatan Pemuda Tarbiayah Islamiyah (IPTI) dengan hasil:
-
Ir.
H Azwar Anas sebagai ketua Komposisi dan Personalia Dewan Pembina PERTI masa
bakti 1994-1999
-
KH.M.H
Dt. Tan Pahlawan, MA sebagai Komposisi dan Personalia Majelis Pertimbangan
PERTI masa bakti 1994-1999
-
KH.
Ismael Hasan, SH sebagai Komposisi Personalia Dewan Pimpinan Pusat PERTI masa
bakti 1994-1999
h)
Musyawarah
Nasional ke VI Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Munas PERTI dilaksanakan 8-12 Oktober 1998
pada Era Reformasi presiden B.J Habibie, hasil Munas:
-
KH.
M. Hanuti Dt. Tan Pahlawan sebagai ketua Komposisi dan Personalia Majelis
Pertimbangan PERTI masa bakti 1998-2003
-
Letjen
TNI (Purn) Ir. H. Azwar Anas Komposisi Personalia Dewan Pimpinan Pusat PERTI
masa bakti 1998-2003
i)
Musyawarah
Nasional ke VII Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Pealaksanaan Munas dipercepat pada 21-23
Oktober 2001, atas pengamatan Majelis Ulama Tarbiyah Islamiyah (MUTI) yang
dianggap organisasi PERTI tidak harmonis maka 28 Agustus 2001 diadakan sidang
pleno untuk mempercepat Munas. Dengan KH. Abdurrahman menjadi ketua hingga masa
bakti 2006 namun pada tahun 2004 beliau meninggal dan digantikan olehKH. Dr.
Ir. Azwar Anas.
j)
Musyawarah
Nasional ke VIII Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Pada 10-12 september 2006 yang dibuka resmi oleh Wakil presiden Jusuf
Kalla yang kemudian menetapkan keputusan untuk program jangka panjang, menengah
dan jangka pendek, yaitu tentang rekomendasi tausyiyah dan menunjukkan atensi
organisasi ini pada perkembangan kebangsaan dan keumatan sebagai wujud dari
tangggungjawab pada Allah SWT.
Selain itu penetapan ketua umum ditetapkan
secara Demokratis secara langsung, bebas, dan rahasia. Letjen TNI (Purn) Ir. H.
Azwar Anas ditetapkan sebagai ketua Komposisi dan Susunan Pengurus Majelis
Pembina Pusat PERTI masa bakti 2006-2011, KH. Dr. Adnan Harahap sebagai ketua
Komposisi dan Susunan Personalia Pengurus Majelis Mustasyar Pusat PERTI masa
bakti 2006-2011, Drs. H. BasriBermanda, MBA sebagai ketua Susunan Pengurus
Besar PERTI masa bakti 2006-2011.
Tokoh
PERTI dan Peranannya dalam Perkembangan Dakwah Islam di Indonesia
Sepuluh
orang ulama sebagai pendiri Persatuan Tarbiayah Islamiyah, yaitu:
a.
Syekh
Sulaiman Arrasuly Candung
b.
Syekh
Abbas al Qadli Ladang Laweh
c.
Syekh
Muhammad Jamil Jaho
d.
Syekh
Chatib Muhammad Ali Padang
e.
Syekh
Abdul Wahid AS Shalilly Tabek Gadang
f.
Syekh
Muhammad Arifin Batuhampar
g.
Syekh
Alwi Koto Nan Ampek Payakumbuh
h.
Syekh
Jalluddin Sicincin
i.
Syekh
Abdul Majid Koto Nan Gadang Payakumbuh
j. Syekh Machdum Solok
COMMENTS